TUGAS
AKHIR
BAHASA
INDONESIA
“ KALIMAT EFEKTIF DALAM NASKAH PIDATO “
Oleh
:
Annisa
Ulfa Khaira ( NIM: 122110144 )
Dosen
pembimbing :
Upit
Yulianti DN,M.Pd
POLTEKKES
KEMENKES RI PADANG
PRODI D-III GIZI
2012/2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas akhir Bahasa Indonesia yang
berjudul “ KALIMAT EFEKTIF DALAM NASKAH
PIDATO “, shalawat beserta salam semoga
selalu tercurah kepada Rasululullah SAW, keluarga dan sahabat serta orang-orang
yang mengikuti beliau hingga akhir zaman .
Makalah ini sangat penting artinya bagi penulis,
karena makalah ini merupakan tugas akhir Bahasa Indonesia dalam pencapaian
pendidikan pada mata kuliah Bahasa Indonesia di Poltekkes Kemenkes RI Padang
Prodi D-III Gizi .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, pembaca diharapkan bersedia untuk memberikan
saran dan kritik yang konstruktif agar penulis bisa membuat makalah yang jauh
lebih baik lagi .
Padang, 28 Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kalimat Efektif
B. Pengertian
Pidato
C. Kalimat
Efektif Dalam Naskah Pidato
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kalimat efektif
adalah kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulisnya.
Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya
termasuk kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang efektif memiliki ciri
struktur yang kompak, paralel, hemat, cermat, padu, dan logis.
Penyusunan naskah
pidato resmi memerlukan kecermatan, baik dalam penggunaan bahasa (Indonesia atau
Inggris) maupun dari substansi ini yang disajikan sesuai dengan wacana
perkembangan masyarakat yang aktual, baik pada tingkat global maupun nasional
(sesuai dengan tujuan). Naskah Pidato merupakan bukti sejarah perkembangan dan
peradaban dari perspektif seorang pemimpin.
Oleh karena makna
pidato demikian luas dan beragam, maka diperlukan kecermatan dalam penggunaan
bahasanya dan substansi isi yang disajikannya. Kecermatan penggunaan bahasa
Indonesia sangat diperlukan karena bahasa seorang pemimpin sering dijadikan
sebagai dasar rujukan bagi pengguna bahasa lain, termasuk masyarakat umum.
Bahasa pemimpin dalam menyampaikan pidato harus menunjukkan bahasa yang lugas,
objektif, cermat, dan cerdas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang keliru
dari pendengarnya. Bahasa seorang pemimpin harus menggambarkan penggunaan
bahasa yang benar dan menggunakan kalimat secara efektif.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud denagan kalimat efektef ?
2. Apa
yang dimaksud dengan pidato ?
3. Bagaimana
kalimat yang efektif dalam naskah pidato ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan kalimat efektif
2. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan pidato
3. Untuk
mengetahui kalimat yang efektif dalam naskah pidato.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipahami
pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit
dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang kurang
efektif.
B. Pengertian
Pidato
Pidato
adalah
C. Kalimat
Efektif Dalam Naskah Pidato
Kalimat yang efektif memiliki ciri struktur yang kompak, paralel, hemat,
cermat, padu, dan logis.
a). Kalimat Berstruktur Kompak
Setiap kalimat
minimal terdiri atas unsur pokok dan sebutan (yang menerangkan pokok) atau
unsur subjek dan predikat. Kalimat yang baik adalah kalimat yang menggunakan
subjek dan predikat secara benar dan kompak. Kekurangkompakan dan ketidakjelasan subjek dapat terjadi
jika digunakan kata depan di depan subjek. Misalnya penggunaan dalam, untuk,
bagi, di, pada, sebagai, tentang,dan,karena, sebelum subjek kalimat tersebut.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Bagi semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
2. Dalam pembahasan ini menyajikan contoh nyata.
3. Sebagai contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Kalimat
di atas menjadi tidak efektif karena unsurnya tidak lengkap. Bandingkan dengan
kalimat di bawah ini!
1. Semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
2. Dalam pembahasan ini disajikan contoh nyata.
3. Contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
1. Semua siswa harus memahami uraian berikut ini.
2. Dalam pembahasan ini disajikan contoh nyata.
3. Contoh dari uraian di atas adalah perkalian di bawah ini.
Selain itu, kalimat yang berstruktur
kompak adalah kalimat yang hanya menggunakan satu subjek. Penggunaan subjek
ganda akan membuat kalimat tersebut tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Penjumlahan angka itu hasilnya dibagi kelipatan dua.
2. Cairan itu unsur-unsur kimianya tidak menyatu.
Kedua kalimat di atas menggunakan subjek
ganda, sehingga kalimat tersebut menjadi kurang jelas. Bandingkanlah dengan
kalimat di bawah ini:
1. Hasil penjumlahan angka itu dibagi kelipatan dua.
2. Unsur-unsur cairan kimia itu tidak menyatu.
Dalam bahasa Indonesia dikenal kata
penghubung intrakalimat, seperti dan, atau, sehingga, sedangkan, karena, yaitu,
hingga, tetapi. Penggunaan kata penghubung ini hanya dilakukan di tengah
kalimat. Apabila digunakan pada awal kalimat maka kalimat tersebut menjadi
tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Pemberontakan PKI sangat menyakitkan. Sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
2. Buaya termasuk ke dalam jenis reftil. Sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
Kalimat
di atas akan tampak tidak jelas jika disajikan di awal kalimat, misalnya:
1. Sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
2. Sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
1. Sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
2. Sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
Penggunaan kata sehingga dan sedangkan
pada awal kalimat sebagai penghubung antarkalimat kurang tepat, karena kata tersebut
seharusnya berfungsi sebagai penghubung intrakalimat. Seharusnya, kalimat di
atas tidak terpisah dengan kalimat sebelumnya agar kesatuan gagasan dapat
terpahami. Bandingkanlah dengan kalimat di bawah ini!
1. Pemberontakan PKI sangat menyakitkan, sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
2. Buaya termasuk ke dalam jenis reftil, sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
1. Pemberontakan PKI sangat menyakitkan, sehingga materi tentang hal ini akan menjadi cermin sejarah bagi bangsa Indonesia.
2. Buaya termasuk ke dalam jenis reftil, sedangkan burung termasuk ke dalam jenis aves.
Demikian pula kata penghubung lain,
seperti dan, atau, karena, yaitu, hingga, dan tetapi merupakan kata penghubung
intrakalimat. Oleh karena itu, kata penghubung tersebut hanya digunakan untuk
menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lain dalam satu kalimat.
b) Kalimat Paralel
b) Kalimat Paralel
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang
tersusun secara paralel. Keparalelan itu tampak pada jenis kata yang digunakan
sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama.
Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut
menjadi tidakefektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, kelengkapan materi yang harus dilampirkan, penggambaran tahap-tahap kegiatan, dan simpulan hasil pengujian.
Ketidakefektifan kalimat tersebut,
karena memfaralelkan jenis kata menyusun, dengan kelengkapan, penggambaran, dan
simpulan. Kalimat tersebut memfaralelkan “kegiatan” sebagai verba, maka kata
lainnya seharusnya menggunakan verba. Misalnya, kata menyusun seharusnya
berfaralel dengan melampirkan (materi secara lengkap), menggambarkan (tahap-tahap
kegiatan), dan menyimpulkan (hasil pengujian). Bandingkanlah dengan kalimat di
bawah ini!
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.
c) Kalimat Hemat
Kegiatan akhir dari percobaan itu adalah menyusun laporan, melampirkan materi secara lengkap, menggambarkan tahap-tahap kegiatan, dan menyimpulkan hasil pengujian.
c) Kalimat Hemat
Kalimat yang efektif harus hemat.
Kalimat hemat memiliki ciri kalimat yang menghindari pengulangan subjek,
pleonasme, hiponimi, dan penjamakan kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Para menteri serentak berdiri, setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu.
2. Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit saja untuk sampai ke daerah itu.
3. Air raksa ini harus dicampur dengan kain warna merah.
4. Banyak orang-orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh-tokoh terkemuka.
Kalimat pertama kurang efektif karena
menggunakan subjek (kata para menteri) dengan subjek kedua (kata mereka).
Kalimat kedua menggunakan kata bermakna sama, yaitu kata hanya dan saja.
Kalimat ketiga kurang efektif karena menggunakan kata bermakna hiponimi, yaitu
kata warna dan merah (merah merupakan salah satu warna, sehingga tidak perlu
menggunakan kata warna). Kalimat keempat, menggunakan kata bermakna jamak
secara berulang, yaitu kata banyak dan beberapa dengan pengulangan kata yang
mengikutinya. Bandingkanlah dengan kalimat-kalimat di bawah ini!
1. Para menteri serentak berdiri, setelah mengetahui bahwa presiden datang ke acara itu.
2. Waktu tempuh yang digunakan hanya selama 45 menit untuk sampai ke daerah itu.
3. Air raksa ini harus dicampur dengan kain merah.
4. Banyak orang yang tidak hadir pada pertemuan yang menghadirkan beberapa tokoh terkemuka.
d) Kalimat Cermat
Kalimat
efektif adalah kalimat yang tidak ambigu atau bermakna bias. Setiap kata yang
digunakan tidak menimbulkan salah tafsir atau tafsir ganda. Untuk itu
diperlukan kemampuan menyusun kalimat secara cermat. Kalimat yang disusun tidak
cermat akan menjadikan kalimat yang tidak efektif.
Contoh kalimat tidak efektif:
Siswa SMA yang terkenal itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
Kalimat di atas bermakna ambigu, karena
akan menimbulkan pertanyaan “Siapakah yang terkenal itu, siswa atau SMA?”.
Demikian pula kalimat kedua, semakin ambigu, sekalipun secara sepintas tampak sebagai
kalimat yang logis, namun karena bermakna ganda, maka makna kalimatnya menjadi
bias. Bandingkan dengan kalimat berikut:
Siswa terkenal dari SMA itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
Siswa terkenal dari SMA itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
Jika yang dimasudkan adalah SMA yang
terkenal disajikan sebagai berikut:
Siswa dari SMA terkenal itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
e) Kalimat Berpadu
Siswa dari SMA terkenal itu dapat mengalahkan para pesaingnya.
e) Kalimat Berpadu
Kalimat yang berpadu adalah kalimat yang
berisi kepaduan pernyataan. Kalimat yang tidak berpadu biasanya terjadi karena
salah dalam menggunakan verba (kata kerja) atau preposisi (kata depan) secara
tidak tepat.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Segala usulan yang disampaikan itu kami akan pertimbangkan.
2. Uraian pada bagian ini akan menyajikan tentang perkembangbiakan pohon aren.
3. Materi yang sudah diungkapkan daripada pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemuan yang akan datang.
Penggunaan kata akan yang menyelip di
antara subjek dengan predikat pada kalimat pertama menjadikan kalimat tersebut
kurang padu. Demikian pula penggunaan kata tentang dan daripada setelah verba
menjadikan kalimat tersebut kurang padu. Bandingkanlah dengan kalimat-kalimat
berikut:
1.
Segala usulan yang disampaikan itu akan kami pertimbangkan.
2. Uraian pada bagian ini akan menyajikan perkembangbiakan pohon aren.
3. Materi yang sudah diungkapkan oleh pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemua yang akan datang.
2. Uraian pada bagian ini akan menyajikan perkembangbiakan pohon aren.
3. Materi yang sudah diungkapkan oleh pembicara awal akan dibahas kembali pada pertemua yang akan datang.
f) Kalimat Logis
Kalimat
yang logis adalah kalimat yang dapat diterima oleh akal atau pikiran sehat. Biasanya ketidaklogisan kalimat terjadi karena pemilihan
kata atau ejaan yang salah.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
2. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
3. Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah tersebut.
Contoh kalimat tidak efektif:
1. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
2. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
3. Mayat wanita yang ditemukan di sungai itu sebelumnya sering mondar- mandir di daerah tersebut.
Pada kalimat
pertama terkadung makna bahwa yang berbahagia adalah kesempatan, kecuali
verbanya diganti dengan membahagiakan. Kalimat kedua memiliki makna yang tidak
mungkin waktu dipersingkat, kecuali acara yang dipersingkat atau waktu yang
dihemat. Kalimat ketiga menggunakan konstruksi kalimat yang kurang benar
sehingga memunculkan makna yang kurang logis dan menakutkan. Bandingkanlah
dengan kalimat di bawah ini!
1.
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, saya menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran acara ini.
2. Untuk menghemat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
3. Wanita itu sering mondar- mandir di daerah tersebut, sebelum mayatnya ditemukan di sungai
2. Untuk menghemat waktu, marilah kita bersama-sama mulai mengerjakan tugas tersebut.
3. Wanita itu sering mondar- mandir di daerah tersebut, sebelum mayatnya ditemukan di sungai
Demikianlah
paparan sepintas tentang kalimat efektif dalam naskah pidato resmi. Ketepatan
menggunakan kalimat efektif merupakan bentuk loyalitas kita terhadap bahasa
negara.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipahami
pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit
dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang kurang
efektif. Kalimat yang efektif memiliki ciri struktur yang kompak, paralel,
hemat, cermat, padu, dan logis.
B.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
Baynham,
Mike. (1995) Literacy Practices: Investigating Literacy in Social Contexts.
London: Longman.
Keraf,
Gorys (1983) Komposisi. Jakarta: Gramedia.
Rusyana, Yus (1984) Bahasa & Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
Rusyana, Yus (1984) Bahasa & Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.
Warriner,
(1958) English Grammar and Composition. New York: Harcourt, Brace and World Inc.
Weaver,
Ricard M. (1968) Composition. New York: Holt. Pinahart and Winston.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar